Levina, Siswa SMK Negeri 3 Jayapura, Papuagebyarsiswa tampak cekatan mengukur dimensi ban mobil memakai ‘width measuring gauge’ atau alat ukur. Ia lalu meneruskan mengukur jarak mesin ke roda, memeriksa tekanan ban, dan membersihkan kotoran yang menempel pada ban mobil.
Setelah memastikan semua sesuai standar, Levina lalu
melakukan penyetelan di papan display pada mesin ‘wheel balancer’. Ia kemudian
menutup penutup ban atau roda dan membiarkan ban berputar.
“Nanti akan berhenti sendiri,” kata Levina.
Setelah kurang lebih 20 detik ban itu berhenti berputar.
Mata Levina tertuju pada angka di mesin wheel balancer untuk memastikan bahwa
angka telah nol. Ia menjelaskan apabila mesin menunjukkan angka nol maka proses
balancing sudah selesai dan roda ban aman dipakai.
“Kalau belum, harus disetel lagi dengan menambahkan timah
sebagai pemberat sesuai dengan angka yang tertera pada display wheel balancer.
Terus tekan tombol start agar mesin balancer bisa melakukan pengukuran
kembali,” ujarnya.
Siang itu, Selasa 24 Mei 2022, Levina, Terace Yambai, dan
Joko, tiga siswa Kelas X Jurusan
Otomotif SMK Negeri 3 Jayapura sedang melakukan peragaan balancing ban mobil
menggunakan alat bantu yang dikenal dengan mesin wheel balancer kepada
pengunjung di acara ‘Gebyar SMK’ yang dilaksanakan di sekolah mereka. Alat
wheel balancer ini digunakan untuk mendeteksi keseimbangan ban mobil.
Acara Gebyar SMK berlangsung selama tiga hari, Senin-Rabu,
23-25 Mei 2022. Acara tersebut diselenggarakan Dinas Pendidikan, Perpustakan,
dan Arsip Daerah Provinsi Papua untuk memamerkan beragam produk dari Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) di Provinsi Papua. Sekolah yang ikut memamerkan hasil
pekerjaan mereka, seperti sayur hidroponik, kerajinan, olahan makanan, kue,
jasa pelayanan kesehatan, jasa fotografi dan videografi, servis mobil, aplikasi
buku tamu berbasis online, produk pembersih perkakas dapur, dan lainnya.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakan, dan
Arsip Daerah Provinsi Papua Protasius Lobya mengatakan Papua membutuhkan
pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sebab Papua yang luas dengan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai keterampilan membutuhkan pendidikan
SMK dan program-program vokasi.
Ada 142 SMK yang tersebar di 29 kabupaten dan kota yang ada
di Provinsi Papua. Lobya menyampaikan Pemerintah Provinsi Papua telah memiliki
road map pengembangan SMK berdasarkan potensi lima wilayah adat di Provinsi
Papua.
“Sudah ada (road map) dan sedang kita rampingkan program
keahlian, bahkan sekolah. Contoh SMK Negeri 10 Jayapura kita gabungkan program
keahliannya ke SMK Negeri 3 Jayapura dan SMK Negeri 9 Jayapura. Sekolah itu
(SMK Negeri 10 Jayapura) ditutup karena programnya,” katanya.
Lobya menjelaskan pengembangan program keahlian di SMK akan
diarahkan sesuai dengan potensi di wilayah adat masing-masing. Misalnya di
Merauke diarahkan ke pertanian, Biak dan Serui diarahkan ke perikanan, dan
Wamena lebih ke pariwisata.
“Ini potensi, jadi kita dirikan program keahlian sesuai
potensi wilayah,” ujarnya.
Menurut Lobya SMK harus memiliki dua nilai positif, yaitu
meluluskan tenaga kerja terampil dan juga bisa menjadi pusat pengembangan
industri dan ekonomi lewat program keahlian maupun unit produksi.
“Masa SMK tidak bisa produksi. Kita lahirkan tenaga terampil
tapi kita juga bisa produksi,” katanya.
Tingkatkan kerja sama
Ketua
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK Provinsi Papua,
Elia Waromi, M.Pd mengatakan SMK didorong meningkatkan kerja sama untuk dapat
bersaing dengan dunia kerja. Artinya, siswa setelah lulus bisa mengisi lowongan
yang ada di dunia kerja. Itu sebabnya MKKS terus mengawal kepala-kepala SMK
untuk bermitra dengan dunia industri.
“Selama ini dengan mitra kita hanya sekedar magang dari tiga
bulan sampai enam bulan saja,” ujarnya kepada Jubi di Hotel Horison Kotaraja,
Senin, 23 Mei 2022.
Menurut Elia melalui program keahlian dan program vokasi
yang sedang didorong Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi maka ke depan SMK harus lebih
menekankan kerja sama bagaimana mitra-mitra di dunia industri bisa menjadi
bagian di sekolah.
Artinya, sekolah sudah terbuka untuk menerima dunia industri
bersama-sama mengelola sekolah terutama dalam meningkatkan keterampilan siswa.
Ia mencontohkan SMK Negeri 3 Jayapura merangkul Astra
(Honda) menjadi bagian dari sekolah dengan menempatkan bengkel-bengkel Astra
maupun Honda sesuai dengan dunia kerja.
“Jadi ketika siswanya selesai mereka benar-benar punya kemampuan dalam pelayanan di servis kendaraan, begitu juga SMK-SMK lainnya yang ada di Papua,” ujar Kepala SMK Negeri 2 Jayapura tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar