Rabu, 25 Mei 2022

Masyarakat Cemas dengan Keberadaan Bandar Antariksa, Mansar Mananwir: Jangan Memaksakan!

Masyarakat adat di Biak, Papua, cemas kalau keberadaan bandar antariksa pertama di Indonesia, yang segera dibangun, bakal membuat mereka tersisih dari wilayah adat dan merusak alam yang menopang hidup mereka secara turun menurun.

Hal itu membuat Mananwir Eba Sub Byaki, mansar Apolos Sroyer, mengatakan jangan memaksakan kehendak untuk menakut-nakuti masyarakat pemilik tanah adat hutan adat Warbon di Kampung Saukobye. Itu cara cara lama Orde Baru yang dipakai untuk menekan dan mengambil tanah adat tanpa mempedulikan masa depan anak cucu dari klen Abrauw Mananwir Mnu.

“Kami tetap tolak pembangunan bandar antariksa di atas tanah adat kami dan tidak menerima kehadiran Jenderal (Purn) Muldoko ke Biak untuk melihat lokasi di hutan adat Kampung Abrauw,” kata Mananwir Eba Sub Byaki, mansar  Apolos Sroyer, Rabu (25/5/2022) siang.

Dia menambahkan jangan menggunakan aparat keamanan baik TNI maupun Polri dan pihak pemerintah (distrik) untuk meneror atau menakuti klen pemilik tanah adat karena cara-cara ini jelas menunjukkan bahwa mereka tidak mempedulikan keberadaan masyarakat di sekitar lokasinya.

“Kami sudah mengumpulkan dana sebesar Rp15 juta dan akan mengembalikan kepada pihak LAPAN serta melakukan sidang adat guna menetapkan penolakan pembangunan Bandara Satelit di wilayah adat Warbon,” katanya seraya mengingatkan bahwa jangan memakai elite lokal untuk kepentingan sesaat yang jelas akan merugikan masyarakat adat setempat.

Apolos Sroyer juga mengingatkan bahwa Bupati Biak Numfor, Herry Nap, jangan memaksakan dan harus mengtahui bahwa mereka mempunyai tiang rumah sendiri dalam membangun.

“Jadi bagi kami jelas stop dan jangan paksakan kehendak dengan memakai cara cara Orde Baru di atas tanah adat kami,” katanya.

Presiden RI Joko Widodo baru saja mengundang secara khusus Bupati Biak Numfor, Herry Ario Nap, ke Istana Bogor pada Jumat (20/5/2022). Apalagi Presiden sudah bertemu dan berdiskusi dengan pendiri Space X, Elon Musk, sekaligus meninjau pabrik yang memproduksi roket tersebut di Boca Chica, Amerika Serikat, Sabtu (14/5/2022).

“Ada banyak hal yang saya sampaikan kepada Presiden. Intinya terkait dengan percapatan pembangunan. Saya mohon dukungan Presiden untuk kemajuan kita di Kabupaten Biak Numfor, wilayah Saireri, dan tentunya Papua umumnya. Tentunya ada poin-poin penting lainnya juga saya sampaikan,” kata Bupati Biak Numfor Herry Nap dalam surat tertulisnya.

Lebih lanjut Bupati Nap menjelaskan telah dipanggil ke Istana Bogor untuk memberikan gambaran tentang kesiapan ataupun dukungan terhadap program pembangunan strategis  yang dilakukan di daerahnya, di antaranya peningkatan pengelolaan sektor perikanan melalui investor perikanan dan peningkatan ekspor serta rencana pembangunann bandar antariksa yang di dalamnya ada kebun raya.

Presiden Joko Widodo juga telah bertemu dengan CEO Tesla, Elon Musk. Momen ini telah dibagikan Jokowi lewat akun media sosial Instagram terverivikasi, @jokowi, Sabtu, 15 Mei 2022. Presiden Jokowi tampak berkeliling di Space X di Boca Chica, Amerika Serikat.

“Seusai berdiskusi dengan tuan rumah Elon Musk mengajak saya meninjau lokasi fasilitas produksi roket SpaceX di Bocca Chica Amerika Serikat,” kata Presiden Jokowi.

Presiden juga mengundang Elon Musk ke Indonesia pada November mendatang dalam rangkaian G20. Jokowi mengatakan CEO Tesla itupun telah memastikan bakal datang ke Indonesia guna membahas kerja sama 40 tahun tanah adat Saukobye.

Pemegang hak ulayat di Kampung Saukobye, Mananwir Klen Markus Abrauw, telah menghabiskan seluruh hidupnya di wilayah adat yang berada di pesisir utara Biak, Papua, yang diwariskan padanya.

Pasalnya, 40 tahun lalu warga setempat (orang tua mereka) khususnya tanah adat Warbon telah diserahkan dengan berbagai tekanan karena dulunya wilayah ini termasuk Daerah Operasi Militer (DOM) sehingga warga trauma dan takut kala itu.

Pria berusia 54 tahun ini merasa cemas, sebab di wilayah adat tempat marga Abrauw bernaung secara turun temurun, bakal dibangun bandar antariksa pertama di Indonesia.

Sekitar 40 tahun lalu, orangtuanya menyerahkan lahan seluas 25 hektare kepada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dengan ganti rugi hanya sebesar Rp25 juta.

Kakek dari delapan cucu ini mengaku sangat khawatir keberadaan proyek bandar antariksa ini. Dia menambahkan bakal membuatnya terusir dari tanahnya sendiri dan mengancam masa depan anak cucunya.

“Kami sudah menyerahkan urusan tanah adat kami ini kepada Mananwir Beba Apolos Sroyer,” katanya kala itu.

Kini, lahan seluas 100 hektare yang ditetapkan LAPAN sebagai lokasi proyek bandar antariksa itu masih berupa hutan belantara.

Berdasarkan pantauan yang ada di lokasi hutan adat Warbon, tersimpan obat obatan tradisional daun samparek untuk menyembuhkan penyakit malaria, kayu bangunan rumah (kayu besi/Merbau),kebun sirih, kebun pinang, dan jalan setapak bagi warga untuk melaut ke pantai Warbon mencari ikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar