Masyarakat adat di Biak, Papua, cemas kalau keberadaan bandar antariksa pertama di Indonesia, yang segera dibangun, bakal membuat mereka tersisih dari wilayah adat dan merusak alam yang menopang hidup mereka secara turun menurun.
Hal itu membuat Mananwir Eba Sub Byaki, mansar Apolos
Sroyer, mengatakan jangan memaksakan kehendak untuk menakut-nakuti masyarakat
pemilik tanah adat hutan adat Warbon di Kampung Saukobye. Itu cara cara lama
Orde Baru yang dipakai untuk menekan dan mengambil tanah adat tanpa
mempedulikan masa depan anak cucu dari klen Abrauw Mananwir Mnu.
“Kami tetap tolak pembangunan bandar antariksa di atas tanah
adat kami dan tidak menerima kehadiran Jenderal (Purn) Muldoko ke Biak untuk
melihat lokasi di hutan adat Kampung Abrauw,” kata Mananwir Eba Sub Byaki,
mansar Apolos Sroyer, Rabu (25/5/2022)
siang.
Dia menambahkan jangan menggunakan aparat keamanan baik TNI
maupun Polri dan pihak pemerintah (distrik) untuk meneror atau menakuti klen
pemilik tanah adat karena cara-cara ini jelas menunjukkan bahwa mereka tidak
mempedulikan keberadaan masyarakat di sekitar lokasinya.
“Kami sudah mengumpulkan dana sebesar Rp15 juta dan akan
mengembalikan kepada pihak LAPAN serta melakukan sidang adat guna menetapkan
penolakan pembangunan Bandara Satelit di wilayah adat Warbon,” katanya seraya
mengingatkan bahwa jangan memakai elite lokal untuk kepentingan sesaat yang
jelas akan merugikan masyarakat adat setempat.
Apolos Sroyer juga mengingatkan bahwa Bupati Biak Numfor,
Herry Nap, jangan memaksakan dan harus mengtahui bahwa mereka mempunyai tiang
rumah sendiri dalam membangun.
“Jadi bagi kami jelas stop dan jangan paksakan kehendak
dengan memakai cara cara Orde Baru di atas tanah adat kami,” katanya.
Presiden RI Joko Widodo baru saja mengundang secara khusus
Bupati Biak Numfor, Herry Ario Nap, ke Istana Bogor pada Jumat (20/5/2022).
Apalagi Presiden sudah bertemu dan berdiskusi dengan pendiri Space X, Elon
Musk, sekaligus meninjau pabrik yang memproduksi roket tersebut di Boca Chica, Amerika
Serikat, Sabtu (14/5/2022).
“Ada banyak hal yang saya sampaikan kepada Presiden. Intinya
terkait dengan percapatan pembangunan. Saya mohon dukungan Presiden untuk
kemajuan kita di Kabupaten Biak Numfor, wilayah Saireri, dan tentunya Papua
umumnya. Tentunya ada poin-poin penting lainnya juga saya sampaikan,” kata
Bupati Biak Numfor Herry Nap dalam surat tertulisnya.
Lebih lanjut Bupati Nap menjelaskan telah dipanggil ke Istana
Bogor untuk memberikan gambaran tentang kesiapan ataupun dukungan terhadap
program pembangunan strategis yang
dilakukan di daerahnya, di antaranya peningkatan pengelolaan sektor perikanan
melalui investor perikanan dan peningkatan ekspor serta rencana pembangunann
bandar antariksa yang di dalamnya ada kebun raya.
Presiden Joko Widodo juga telah bertemu dengan CEO Tesla,
Elon Musk. Momen ini telah dibagikan Jokowi lewat akun media sosial Instagram
terverivikasi, @jokowi, Sabtu, 15 Mei 2022. Presiden Jokowi tampak berkeliling
di Space X di Boca Chica, Amerika Serikat.
“Seusai berdiskusi dengan tuan rumah Elon Musk mengajak saya
meninjau lokasi fasilitas produksi roket SpaceX di Bocca Chica Amerika
Serikat,” kata Presiden Jokowi.
Presiden juga mengundang Elon Musk ke Indonesia pada
November mendatang dalam rangkaian G20. Jokowi mengatakan CEO Tesla itupun
telah memastikan bakal datang ke Indonesia guna membahas kerja sama 40 tahun
tanah adat Saukobye.
Pemegang hak ulayat di Kampung Saukobye, Mananwir Klen
Markus Abrauw, telah menghabiskan seluruh hidupnya di wilayah adat yang berada
di pesisir utara Biak, Papua, yang diwariskan padanya.
Pasalnya, 40 tahun lalu warga setempat (orang tua mereka)
khususnya tanah adat Warbon telah diserahkan dengan berbagai tekanan karena
dulunya wilayah ini termasuk Daerah Operasi Militer (DOM) sehingga warga trauma
dan takut kala itu.
Pria berusia 54 tahun ini merasa cemas, sebab di wilayah
adat tempat marga Abrauw bernaung secara turun temurun, bakal dibangun bandar
antariksa pertama di Indonesia.
Sekitar 40 tahun lalu, orangtuanya menyerahkan lahan seluas
25 hektare kepada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dengan
ganti rugi hanya sebesar Rp25 juta.
Kakek dari delapan cucu ini mengaku sangat khawatir keberadaan
proyek bandar antariksa ini. Dia menambahkan bakal membuatnya terusir dari
tanahnya sendiri dan mengancam masa depan anak cucunya.
“Kami sudah menyerahkan urusan tanah adat kami ini kepada
Mananwir Beba Apolos Sroyer,” katanya kala itu.
Kini, lahan seluas 100 hektare yang ditetapkan LAPAN sebagai
lokasi proyek bandar antariksa itu masih berupa hutan belantara.
Berdasarkan pantauan yang ada di lokasi hutan adat Warbon, tersimpan obat obatan tradisional daun samparek untuk menyembuhkan penyakit malaria, kayu bangunan rumah (kayu besi/Merbau),kebun sirih, kebun pinang, dan jalan setapak bagi warga untuk melaut ke pantai Warbon mencari ikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar